Jaga Diri Mu Jaga Masker Mu
lingePost – Pandemi global Covid-19 adalah kenyataan pahit yang harus dihadapi umat manusia di seluruh penjuru dunia saat ini.
Tak terkecuali kita di Indonesia. Bencana non alam ini tak hanya mengancam kesehatan kita, tapi juga mendera segala lini kehidupan, mulai dari sektor ekonomi, sosial budaya, dan silaturrahmi kita antar sesama.
Namun kenyataan harus kita hadapi. Roda kehidupan harus terus berjalan. Pemerintah melalui berbagai cara terus berupaya untuk memulihkan keadaan, khususnya sektor ekonomi masyarakat yang terdampak pandemi.
Salah satunya adalah dengan kampanye ubah laku untuk menerapkan kebiasaan baru di tengah masyarakat, agar roda kehidupan dapat terus berjalan normal.
Atau jika boleh disebut semua orang saat ini dituntut untuk terbiasa dengan pola atau gaya hidup baru seperti untuk selalu memakai masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan pakai sabun, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas keluar rumah.
Setidaknya itulah lima poin utama yang terus dikampanyekan pemerintah saat ini untuk tujuan memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat.
Pemerintah menyebutnya dengan kampanye 5M. Kita saat ini memang harus beradaptasi dengan semua itu. Seperti halnya kebiasaan kita bersalaman atau berjabat tangan ketika bertemu kerabat, teman, dan saudara, juga harus kita ganti dengan kebiasaan baru seperti dengan hanya melakukan gerakan tos sambil mengepalkan tangan ala salam komando.
Tujuannya agar tidak terjadi kontak fisik di antara kita melalui telapak tangan ketika bersalaman yang dapat berpotensi atau boleh disebut sangat rentan menularkan virus Covid-19 dari satu orang ke orang lain.
Kebiasaan baru lainya adalah memakai masker. Ini menjadi poin utama dari yang paling utama. Sesuai anjuran pemerintah terkait penerapan protokol kesehatan di masa pandemi, setiap orang telah diminta untuk disiplin memakai masker ketika berkatifitas di luar rumah.
Bahkan WHO secara resmi telah mengumumkan anjuran penggunaan masker untuk semua orang sejak 4 April 2020.
Hal itu didasari hasil penelitian ilmiah tentang adanya pengaruh positif dari penggunaan masker untuk dapat menekan tingkat infeksi Covid-19 di tengah masyarakat.
Bahkan penelitian lainnya menyebutkan bahwa virus ini dapat menyebar lewat pernapasan normal, bahkan melalui udara, sehingga penggunaan masker dinilai baik untuk menangkalnya.
Namun sayangnya, disipilin penggunaan masker di tengah masyarakat pada kenyataanya masih jauh dari yang diharapkan.
Penggunaan masker boleh dibilang hanya menjadi kebiasaan baru pada acara-acara seremoni pemerintah saja atau hanya untuk menghindari razia petugas Covid-19.
Di luar itu, masker akan kembali diabaikan. Paling-paling masker hanya untuk digantung di dagu saja. Bisa dibilang data-data persentase kapatuhan masyarakat memakai masker seperti yang dirilis oleh Satgas Penanganan Covid-19 pun, atau khususnya di Aceh, pada hakikatnya tak sesuai kenyataan di lapangan.
Pada oeprasi penerapan penyekatan PPKM di perbatasan Aceh-Sumatera Utara oleh petugas gabungan, setiap harinya juga dilaporkan mendapati puluhan orang yang melanggar ketentuan protokol kesehatan. Dan pada umumnya adalah tidak memakai masker.
Petugas perbatasan pun memberlakukan sanksi putar balik bagi setiap pengendara tersebut jika pada pemeriksaan sudah kedapatan tidak memakai masker.
Pada akhirnya kedisiplinan memang harus datang dari kesadaran diri sendiri setiap kita. Bukan karena paksaan, bukan karena aturan.
Pemerintah dalam hal ini memang hanya bisa menyampaikan saja, menyarankan, dan memberitahukan. Memberi tahu dari ketidaktahuan kita.
Kedisiplinan kita memakai masker toh untuk menjaga dan melindungi diri kita, keluarga kita, dan orang-orang yang kita sayangi.
Jadi mulai sekarang ayo disiplin pakai masker. Jaga diri mu, jaga masker mu. Kita lawan pandemi ini bersama. Ayo bangkit untuk kehidupan yang lebih baik.
KM