Kondisi Desa Tampui, Salah Satu Kawasan Terparah Dampak Gempa Pidie Jaya

Kondisi jalan menuju Desa Tampui, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya

Laporan : Kurnia Muhadi

Pidie Jaya - lingepost.com : Desa Tampui menjadi salah satu kawasan terparah mengalami dampak kerusakan pasca gempa 6,4 SR yang mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, pada Rabu 7 Desember 2016.

Desa ini terletak di wilayah Kecamatan Trenggadeng, Pidie Jaya, berjarak sekira 7 kilometer dari ibu kota Kecamatan Trenggadeng.

Hari ketiga pasca gempa, masyarakat di desa ini masih menempati tenda-tenda pengungsian yang mereka dirikan sendiri secara swadaya.

Warga setempat mengaku, belum ada tenda-tenda bantuan yang disalurkan oleh pihak terkait pasca gempa.

"Tenda kami buat sendiri. Kalo bantuan kemarin baru ada yang antar aqua (Air mineral), mie instan, dan telor. Tapi cuma sedikit, sementara kami disini banyak, itu pun orang partai yang antar," kata warga setempat, Bahran, Jum'at 9 Desember 2016.

Berdasarkan pantauan lingepost.com pada Jum'at pagi, baru ada satu tenda bantuan dengan logo Dinas Sosial Aceh yang berdiri di wilayah Desa Tampui.

Padahal hampir seluruh bangunan rumah penduduk di desa ini mengalami kerusakan, bahkan mayoritas rumah berkonstruksi beton rubuh pasca gempa.

Rumah warga di Desa Tampui
Rumah warga di Desa Tampui

Sarana ibadah dan sekolah di desa ini juga rubuh. Jalan menuju desa juga mengalami banyak keretakan akibat diguncang gempa.

Kepala Desa Tampui, Tgk Dahlan, mengatakan desa tersebut dihuni oleh 318 KK dan mayoritas warganya kini tinggal di tenda-tenda yang mereka dirikan sendiri.

"Ada 1 warga kita meninggal dunia. Kalo yang luka-luka banyak," kata Tgk Dahlan.

Menurutnya, hampir seluruh rumah penduduk di desanya itu tidak layak untuk dihuni lagi karena mengalami kerusakan.

Tgk Dahlan terus memperlihatkan satu persatu rumah-rumah warganya yang rusak dan dinilai tidak lagi layak huni, walau sekilas sebagiannya masih tampak berdiri tegap.

Tenda pengungsian yang didirikan swadaya oleh warga
Tenda pengungsian yang didirikan swadaya oleh warga

"Sekilas kita lihat tidak rusak itu rumah karena tidak runtuh, tapi kalau kita lihat dari dekat dan dari dalam rumah, hampir seluruhnya tidak layak lagi untuk ditempati."

"Tiang-tiangnya sudah pisah, khususnya yang rumah beton. Itu dinding-dingnya sudah retak semua," tutur Dahlan.

Lanjutnya, sampai hari ketiga pasca bencana pihaknya, kata Dahlan, memang masih minim menerima bantuan masa panik, khususnya untuk kebutuhan tenda pengungsi dan bahan makanan, serta kebutuhan khusus balita dan anak-anak.

"Kalo tenda itu didirikan oleh masing-masing warga. Karena kami tidak mungkin menunggu bantuan datang, sementara rumah kami tidak bisa lagi ditempati."

"Kalo makanan ada bantuan, tapi masih sangat kurang. Tadi pagi saja itu anak-anak 1 telur bagi tiga orang. Bapak-bapaknya ya makan ala kadarnya, yang penting anak-anak kita dulu," tuturnya lagi.

Selaku kepala desa, Dahlan, berharap pihak terkait segera bisa menyalurkan bantuan masa panik untuk warganya, terutama untuk kebutuhan makanan dan tenda pengungsian.