Terasa suasana zaman dulu, warga di Takengon jalan kaki dan masak pakai kayu

Warga Takengon memasak pakai kayu di rumahnya akibat kelangkaan gas LPG, Minggu 7(12/2025). ANTARA/Kurnia Muhadi. 

Takengon (ANTARA) – Warga di Takengon Kabupaten Aceh Tengah mulai beralih masak pakai kayu bakar.

Gas LPG yang biasa digunakan untuk memasak tak lagi bisa didapatkan oleh warga, akibat pasokannya terhenti dampak dari bencana banjir bandang dan tanah longsor yang mengakibatkan daerah ini terisolasi.

“Gas gak ada, listrik gak ada. Ya sudah masak pake kayu,” kata Ayu, salah seorang warga Takengon, Minggu.

Ibu rumah tangga ini menuturkan, gas LPG menjadi salah satu barang langka yang langsung hilang di pasaran pasca bencana terjadi di daerahnya.

Kini kata dia, memasak pakai kayu bakar adalah satu-satunya pilihan. Hampir di semua rumah kini asap mengepul. Bau asap di mana-mana, terasa seperti suasana zaman dulu.

Lain lagi dengan aktifitas masyarakat yang sehari-hari biasanya menggunakan kendaraan, baik sepeda motor ataupun kendaraan roda empat.

Kini mulai banyak warga yang berjalan kaki atau setidaknya mengayuh sepeda bagi mereka yang punya. Jalan-jalan di kota Takengon tampak lengang dari mesin kendaraan. Ini semua akibat kelangkaan BBM yang terjadi di kota ini.

“Semua orang jalan kaki sekarang. Saya juga setiap malam jalan kaki ke kantor bupati, supaya bisa cas HP dan akses internet gratis,” kata warga lainnya, Haris.

Penuturan pemuda ini sepertinya juga dirasakan oleh warga lainnya. Buktinya komplek kantor bupati Aceh Tengah selalu ramai diserbu warga.

Siang malam warga berdatangan hanya untuk dapatkan akses listrik dan jaringan internet yang disediakan oleh Pemda setempat. Bahkan banyak dari mereka yang rela menempuh jarak berjam-jam perjalanan jalan kaki.

“Sejak bencana terjadi listrik masih padam, orang-orang mulai jenuh hanya berdiam saja di rumah,” kata seorang warga lainnya lagi, Heri.

*Terisolasi pasca bencana dan ancaman kelaparan 

Hari ini, tiga belas hari sudah bencana banjir bandang dan tanah longsor mendera wilayah Kabupaten Aceh Tengah.

Sebanyak 7 kecamatan dengan 98 desa di daerah ini masih terisolasi akibat akses jalan banyak terputus dan tertimbun longsor.

Bencana pun telah menelan korban jiwa. Sebanyak 23 orang dilaporkan meninggal dunia dan 22 jiwa dinyatakan hilang. Sedangkan pengungsi mencapai ribuan orang.

Walau hari mulai cerah, namun bukan berarti segalanya telah berlalu. Bencana masih menyisakan luka, trauma, dan dampak yang lebih luas memukul setiap sendi kehidupan masyarakat di daerah ini.

Sudah hari 13 hari pasca bencana, listrik masih padam total dan daerah masih terisolasi. Jalan Takengon-Bireuen lumpuh total, jalan KKA tembus Kota Lhokseumawe juga porak poranda.

Jika pun diperbaiki jelas membutuhkan waktu lama. Paling parah adalah ruas jalan Takengon-Bireun. Banyak titik patahan jalan membentuk jurang-jurang dalam. Banyak jembatan rusak dan menghilang pasca diterjang amukan alam.

Hitung-hitungan sederhana banyak pihak, ruas jalan KKA lah yang paling memungkinkan untuk segera dilakukan perbaikan seadanya.

“Kami dengan sangat penuh harapan memohon kepada Bapak Presiden, Bapak Menteri, dan Bapak Gubernur agar mempercepat perbaikan Jalan Takengon-Lhokseumawe supaya bisa segera dilalui. Akses jalan ini adalah penentu kehidupan masyarakat Aceh Tengah dan Bener Meriah,” kata Ketua DPRK Aceh Tengah, Fitriana Mugie.

Apa yang disampaikan oleh Fitriana Mugie ini memanglah menjadi harapan seluruh masyarakat Aceh Tengah dan bahkan Kabupaten tetangga yakni Bener Meriah.

Karena jika akses jalan ini masih lumpuh, roda ekonomi masyarakat pun pastilah ikut terpuruk. Pasar pun kian hari kian sepi dengan berbagai kebutuhan bahan pokok dan stok komoditas pasar pun tak ada lagi.

Beras habis, telur habis, BBM kosong, gas tak ada, plus air bersih pun langka. Ancaman kelaparan jelas di depan mata.

Kini 250.000 jiwa lebih masyarakat Aceh Tengah hanya bisa pasrah harus bertahan hidup hanya dari bantuan pemerintah ataupun donasi orang-orang peduli.

Kondisi ini pulalah yang terus menjadi atensi Bupati Aceh Tengah Haili Yoga. Pagi tadi mengunakan handphone miliknya, Haili Yoga kembali mencoba mengirimkan pesan kepada orang terdekat Presiden Prabowo agar dapat memberikan perhatian khusus bagi percepatan perbaikan akses jalan KKA Takengon-Lhokseumawe.

Haili Yoga menyampaikan jika akses jalan darat ini tidak segara diperbaiki, maka ditakutkan akan menjadi masalah baru, yakni bencana kelaparan.

“Meskipun ada bantuan yang Bapak Presiden berikan setiap hari melalui udara pastilah tidak cukup. Selain itu komoditi pertanian masyarakat kami juga tidak bisa dijual keluar. Kami sangat memohon hal ini bisa menjadi perhatian Bapak Presiden,” kata Haili Yoga dalam pesan suaranya kepada Sekretaris Kabinet, Letkol Teddy.

 

Ant

 

 

 

 

Comments: 0

Your email address will not be published. Required fields are marked with *