Taman Nasional Gunung Leuser, Rumah Bagi Flora Fauna Langka
lingePost - Taman Nasional Gunung Leuser atau yang biasa disingkat TNGL adalah salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa.
Taman ini memiliki luas 1.094.692 hektar, dengan panjang 150 km dan lebar 100 km. Secara administratif pemerintahan terletak di dua provinsi, yaitu Aceh dan Sumatra Utara.
Nama Taman Nasional Gunung Leuser diambil dari nama salah satu gunung tertinggi di Sumatera dengan ketinggian 3.466 meter di atas permukaan laut, yakni Gunung Leuser.
Sejarah Taman Nasional Gunung Leuser
Sejarah Taman Nasional Gunung Leuser dapat ditelusuri sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Dilansir dari website resmi Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara, pada tahun 1920-an FC Van Heurn, seorang ahli geologi Belanda, mengusulkan kawasan ini menjadi kawasan konservasi dan kemudian ditetapkan dengan nama Leuser Natuurreservaat.
Selanjutnya, pada tahun 1980, Pemerintah Indonesia meresmikan TNGL sebagai salah satu dari lima kawasan suaka alam sebagai Taman Nasional yang tercantum pada SK Menteri Pertanian nomor 811/Kpts/Um/II/1980.
Tak berhenti sampai di situ, pada tahun 2004, TNGL menjadi bagian dari Tropical Rainforest Heritage of Sumatra (TRHS), yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia. TRHS terdiri dari tiga taman nasional yang luas dan terpisah, yaitu TNGL, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. TRHS merupakan areal konservasi terbesar di Asia Tenggara yang disebut Andes of Sumatra.
Flora dan Fauna Langka di Taman Nasional Gunung Leuser
Dilansir dari website resmi Taman Nasional Gunung Leuser, taman ini adalah rumah bagi sekitar 4.000 spesies tumbuhan, lebih dari 84 spesies hewan mamalia, dan sekitar 380 spesies burung. Beberapa flora langka yang dapat ditemukan di TNGL antara lain adalah rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia), amorphophallus titanium (bunga bangkai), dan pohon meranti (pohon tertinggi di dunia).
Sementara untuk hewan langka, di TNGL dapat ditemukan orang utan sumatera, gajah sumatera, harimau sumatera, badak sumatera, beruang madu, siamang, monyet ekor panjang, beruk, kambing hutan, macan tutul, dan burung rangkong badak. TNGL merupakan salah satu dari dua habitat yang tersisa bagi orang utan Sumatera.
Objek Wisata Taman Gunung Leuser
Taman Nasional Gunung Leuser memiliki fungsi penting sebagai tempat penyimpanan cadangan air, pengendali iklim mikro, dan penyerap karbon. Tak hanya itu, TNGL juga menjadi destinasi pariwisata yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Beberapa tempat wisata yang populer di TNGL adalah Bukit Lawang dan Tangkahan. Di Bukit Lawang, wisatawan dapat melihat orang utan semi liar hasil rehabilitasi di habitatnya secara langsung. Wisatawan juga dapat menikmati keindahan panorama hutan dengan trekking maupun aktivitas tubing alias menyusuri sungai dengan ban.
Sedangkan di Tangkahan yang menjadi daya Tarik utama adalah gajah sumatera. Wisatawan dapat memandikan gajah sekaligus menikmati petualangan berpatroli bersama gajah dan pelatihnya menyusuri Tangkahan.
Untuk mengunjungi Bukit Lawang, detikers dapat menggunakan transportasi darat dari kota Medan, Binjai, atau Stabat. Jaraknya sekitar 80 km dari Medan dan dapat ditempuh dalam waktu 3-4 jam. Tiket masuk ke kawasan Taman Nasional Gunung Leuser adalah sebesar Rp 150.000 per orang untuk wisatawan asing, sedangkan untuk wisatawan lokal sebesar Rp 5.000 per orang.
Sedangkan untuk mengunjungi Tangkahan, detikers dapat melanjutkan perjalanan dari Bukit Lawang dengan menggunakan mobil pribadi, travel, atau ojek. Jaraknya sekitar 50 km dan dapat ditempuh dalam waktu 2-3 jam. Tiket masuk ke kawasan Tangkahan adalah sebesar Rp 50.000 per orang untuk wisatawan asing dan untuk wisatawan lokal sebesar Rp 10.000 per orang.
Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan. TNGL tidak hanya menyimpan nilai ekologis, tetapi juga nilai ekonomis, sosial, budaya, dan pendidikan.
Dengan mengunjungi TNGL, kita dapat belajar banyak tentang keajaiban alam dan kehidupan makhluk hidup di dalamnya. Kita juga dapat berkontribusi dalam upaya konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya.
Artikel ini ditulis Evelyn Shinta Situmorang, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.