Sosok Ir Yan Budianto, Sang Perancang Bandara Rembele
Laporan : Kurnia Muhadi
Redelong – lingepost.com : Bandara Rembele semakin mantap menjadi kebanggaan masyarakat di Dataran Tinggi Gayo.
Sejak berdiri pada tahun 2001, Rembele terus berbenah untuk menjadi Bandara terbesar kedua di Aceh, setelah Bandara Sultan Iskandar Muda.
Rembele kini siap menampung pendaratan pesawat yang lebih besar untuk sejenis boing 737-300 sampai 500.
Bandara ini juga menjadi istimewa karena diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo setelah mengalami pengembangan lanjutan Bandara dengan menambah berbagai fasilitas termasuk penambahan landasan pacu.
Hal yang jarang terjadi bagi Bandara sekelas Rembele yang masih berstatus Bandara Kelas III, namun peresmiannya dilakukan langsung oleh kepala negara.
Satu hal lagi yang menjadikan Bandara ini istimewa bagi masyarakat Gayo adalah sosok dibalik pembangunan bandara yang dinahkodai langsung oleh seorang putra Gayo.
Dia merupakan perancang sekaligus pelaksana pembanguan Bandara Rembele sejak awal berdiri.
Namanya Ir Yan Budianto. Pria kelahiran Takengon 1 Januari 1965 ini memegang kendali dan tanggungjawab penuh terhadap pembangunan Bandara Rembele, sejak awal didirikan pada 15 tahun silam.
Yan Budianto kembali dipercaya untuk merancang wajah baru Rembele dengan penambahan berbagai fasilitas Bandara termasuk landasan pacu, hingga akhirnya diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo, pada 2 Maret 2016.
Sosok Ir Yan Budianto tak dapat dipisahkan dengan Bandara Rembele. Sepak terjang pria penghobi desain arsitektur ini sebagai seorang perancang Bandara, dimulai dari Rembele.
“Masa Pak Tami (Bupati Aceh Tengah) tahun 2001; dia kepingin putera daerah yang membangun Bandara. Dari situ saya ditarik ke Kementerian Perhubungan Udara dan sampai sekarang masih disana,” tutur Yan Budianto.
Pria lulusan Teknik Sipil UISU Medan angkatan tahun 1983 ini sebelumnya adalah PNS di Dinas PU Kabupaten Aceh Tengah, sejak tahun 1998.
Saat itu wilayah Bandara Rembele masih tergabung dalam lingkup Pemerintahan Kabupaten Aceh Tengah, sebelum daerah ini memekar dan melahirkan Kabupaten Bener Meriah.
Dari sanalah Yan Budianto meniti karir barunya sebagai seorang perancang Bandara. Tercatat seluruh Bandara di Aceh yang berdiri dibawah Kementerian Perhubungan Udara, menjadi tanggungjawab pria ini, untuk pembangunannya. Termasuk pengembangan Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh.
Sejumlah Bandara yang menjadi karya Ir Yan Budianto diantaranya adalah :
– Bandara Maimun Saleh – Sabang.
– Bandara Cut Nyak Dien – Nagan Raya.
– Bandara Kuala Bate Abdya- Blang Pidie.
– Bandara Cut Ali Tapak Tuan.
– Bandara Lasikin Sinabang, dan
– Bandara Sinubung Gayo Lues.
“Saya juga pernah buat helipad di Pulau Rondo – ujung Sabang Indonesia tahun 2008,” kata Yan Budianto.
Dari semua Bandara yang dibangun dengan konsep desain rancangannya, Bandara Rembele adalah karya pertama Ir Yan Budianto.
Berkat prestasi kerjanya, bapak 4 anak ini dipercaya menjabat Kepala Satuan Kerja Bandara Seluruh Aceh, pada tahun 2006-2008.
Dia juga dipercaya oleh Kementerian Perhubungan Udara untuk menyelesaikan pembangunan Bandara Sultan Iskandar Muda sebagai Bandara terbesar di Aceh, pada tahun 2009-2011.
“Dari Bandara Iskandar Muda saya diminta pindah ke NTT, saya menolak lalu pindah ke Aceh Tengah dan kembali menjadi staf di Dinas PU selama tahun 2011-2012. Lalu menjadi Kabid Fisik di Bapedda Aceh.”
“Diawal tahun 2014 saya ditarik lagi ke Kementerian Perhubungan Udara untuk bertugas sebagai PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) Bandara Rembele sampai sekarang,” kisah Yan Budianto.