Pantang Imunisasi sama dengan Membangunkan Macan yang Tertidur

Ilustrasi

Oleh : Pasyamei Rembune Kala

Kesehatan merupakan hal sangat berharga dalam kehidupan manusia di dunia ini. Jadi kalau hal yang berharga gak mau hilang “jangan sakit donk!”

“Gimana caranya?” Itu pertanyaan selanjutnya. “IMUNISASI” ya..imunisasi dasar. Imunisasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu penyakit dengan cara memberikan mikroorganisme bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) ke dalam tubuh, sehingga merangsang sistem kekebalan tubuh terhadap jenis antigen itu di masa yang akan datang.

Pertanyaan ini berlanjut “Kapan diimunisasinya?”. Dimulai semenjak bayi lahir atau 0 hari.

Dengan begitu banyaknya penjelasan yang diberikan oleh dokter, bidan, perawat dan tenaga kesehatan lainnya namun “Pantang Imunisasi” masih tetap ada dengan alasan bahaya karena memasukkan bakteri kedalam tubuh, haram karena terdapat kandungan yang haram didalam vaksin dan wadahnya, dan lain lain.

Lalu apa yang terjadi apa bila tidak diberikan vaksin? Yang terjadi sekarang adalah “Membangunkan macan yang tertidur”.

Difteri merupakan suatu nama yang sangat manis diucapkan namun sangat mematikan.

Macan merupakan istilah yang cocok menurut saya, apa bila kita mengganggu maka dia akan menyerang kita.

Difteri sudah seharusnya musnah di dunia ini khususnya Indonesia, namun kita membangunkannya hanya karena pantang imunisasi.

Imunisasi DPT adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit tersebut yang wajib diberikan kepada balita.

DPT adalah singkatan dari difteri, pertusis, dan tetanus. Ketiga penyakit berbeda yang masing-masing memiliki risiko tinggi dan bahkan bisa menyebabkan kematian.

Oleh karena itu, pemberian imunisasi DPT sebaiknya tidak dilewatkan.

Pemberian Imunisasi DPT

Imunisasi DPT pada anak-anak diberikan sebanyak lima kali sejak anak berusia 2 bulan hingga 6 tahun. Tiga pemberian pertama pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.

Pemberian yang ke-4 adalah pada usia 18-24 bulan dan pemberian yang terakhir pada usia 5 tahun.

Dosis yang diberikan yakni satu kali suntikan setiap jadwal imunisasi. Setelahnya, dianjurkan untuk melakukan booster TD (imunisasi ulang Tetanus Difteri) tiap 10 tahun.

Perhatikan beberapa kondisi anak Anda sebelum memberikan imunisasi. Jika anak Anda mengalami sakit parah pada saat tiba jadwal imunisasi, maka sebaiknya Anda tunggu hingga keadaan anak membaik.

Jangan berikan imunisasi selanjutnya jika anak Anda memiliki kondisi seperti :

•Setelah 7 hari mendapatkan suntikan, anak mengalami gangguan pada sistem saraf atau otak.

•Muncul alergi yang cukup mengancam nyawa setelah anak mendapatkan imunisasi.

Efek Samping :

•Demam di atas 40 derajat Celcius.

•Anak tidak berhenti menangis setidaknya selama 3 jam.

•Anak mengalami kejang atau pingsan; ini efek samping jarang terjadi.

Jika ditemukan bahwa anak Anda menunjukkan reaksi yang buruk terhadap vaksin pertusis, biasanya dokter akan memberikan imunisasi TD dan menghentikan pemberian imunisasi DPT.

Oleh karena itu, ikutilah anjuran yang baik dan perbanyaklah informasi serta pengetahuan kita agar tidak terjadi lagi pada hal yang lain.

Mulai dari sekarang jangan lagi pantang imunisasi demi menjaga hal yang paling berharga dalam kehidupan di dunia yaitu kesehatan.

#Penulis adalah Mahasiswi S2 UNMUHA Banda Aceh