Di Tamiang, 130 Hektare Sawah Butuh Air

KUALA SIMPANG - Sedikitnya 130 hektare lahan persawahan produktif Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, membutuhkan air untuk bisa ditanami pada musim tanam rendengan.

Kabid Bina Usaha Tani dan Pengembangan Lahan pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang Yunus SP di Kualasimpang, Senin menyatakan, kebiasaan musim tanam di daerah ini tiga kali setahun, tapi karena keterbatasan air, maka hanya bisa dilakukan sekali dalam setahun dengan mengandalkan musim penghujan.

Ia menyatakan, ada lima titik persawahan seluas 130 hektare mengandalkan sumur bor dan tadah hujan, termasuk peruntukkan kebutuhan air bersih,  sehingga sangat berpengaruh dengan hasil produksi padi yang tidak mencapai optimal.

Selanjutnya, dampak dari kekurangan air, pendapatan petani juga merosot.

"Seharusnya masyarakat bisa panen padi tiga kali setahun, jika jumlah air yang dipasok ke areal persawahan mencukupi, kalau sekarang kan tadah hujan, jika musim penghujan tiba,  masyarakat baru turun bercocok tanam ke sawah," jelas Yunus.

Ia menyebutkan, masyarakat Desa Paya Tampah, Kecamatan Karang Baru, sangat berharap adanya program pipanisasi sumur pancang dari pemerintah melalui steakholder terkait untuk areal-areal yang tidak terjangkau pasokan air ke lahan persawahan.

Saat ini, ada tiga kepala keluarga di Desa Paya Tampah yang beralih profesi, mengalih fungsikan lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit, karena lahan persawahan mereka mengalami kekeringan.

"Sebenarnya, ada sumber air yang dapat dialirkan ke persawahan penduduk, yaitu air terjun Paya Tampah yang mampu mengairi di lima titik areal persawahan yang kekurangan air, melalui program pipanisasi sepanjang 7.000 meter cukup untuk mengairi persawahan seluas 130 hektare," katanya. | Sumber : ANTARA Aceh

Pewarta: Syawaluddin