Asal Usul Etnis Rohingya dan Mengapa Mereka Mengungsi

Pengungsi Rohingya tiba di Aceh, Senin (11/12/2023). ANTARA/Khalis Surry

lingePost - Nama Rohingya berasal dari nama kuno 'Rohan' atau 'Rohang' yang merujuk pada daerah Arakan pada masa lalu.

Arakan merupakan sebuah provinsi di sebelah barat laut Myanmar atau sekarang dikenal dengan Provinsi Rakhine atau Rakhaing. Daerah ini berbatasan dengan Bangladesh.

Sejarah etnis Rohingya terkait erat dengan perkembangan sejarah Kerajaan Arakan yang mencakup bagian dari wilayah yang kini merupakan Bangladesh.

Sehingga jika menilik dari sejarahnya, etnis Rohingya merupakan keturunan campuran (Arab, Moor, Turki, Persia, Mogul, dan Pathan), Bengali lokal, dan Rakhine.

Dikutip dari BBC News, etnis Rohingya merupakan kelompok etnis Muslim minoritas di Myanmar. Mayoritas penduduk Myanmar memeluk agama Buddha.

Pemerintah Myanmar menyangkal kewarganegaraan etnis Rohingya dan menganggap mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh.

Sejarah Etnis Rohingya

Etnis Rohingya sudah menduduki wilayah Arakan selama berabad-abad. Dulunya mereka hidup di bawah kepemimpinan Raja Suleiman Shah pada tahun 1420. Kemudian di tahun 1784 Kerajaan Suleiman Shah jatuh ke tangan Raja Myanmar.

Etnis Rohingya mulai mengalami masa buruk ketika wilayah Arakan dijajah oleh Inggris pada tahun 1824.

Masa kelam mereka berlanjut sampai ke penjajahan Jepang di tahun 1942 ketika Jepang menyerang Burma dan Myanmar.

Myanmar kemudian merdeka dari penjajahan pada tahun 1948. Namun masa kelam bagi etnis Rohingya tak lantas berakhir. Pemerintah Myanmar tak mau mengakui kewarganegaraan etnis Rohingya dan terjadi ketegangan berkepanjangan di sana.

Etnis Rohingya terus mendapatkan perlakuan buruk di Myanmar. Mereka mengalami penyiksaan, pembunuhan, pemerkosaan, dan ancaman lainnya. Kekerasan dan pembantaian besar-besaran di alami pada tahun 2017.

Pihak militer Myanmar melakukan aksi brutal dengan menghancurkan desa warga Rohingya hingga menewaskan ribuan korban. Bahkan PBB menganggap pemerintah Myanmar berniat melakukan genosida terhadap etnis Rohingya.

Namun pemerintah Myanmar menolak tuduhan tersebut sehingga International Criminal Court (ICC) mengadakan penyelidikan atas kasus ini.

Sejak peristiwa tersebut mayoritas warga Rohingya kemudian mengungsi ke wilayah Bangladesh.

Selama mengungsi di sana ternyata kehidupan warga Rohingya masih sama saja, mereka mengalami kesulitan dalam berbagai aspek.

Hal itu kemudian membuat mereka melarikan diri dari camp pengungsian di Bangladesh untuk mencari perlindungan di negara lain.

Berikut tiga alasan etnis Rohingya melarikan diri dari camp pengungsian di Bangladesh:

1. Masalah Keamanan

Camp pengungsian di Cox's Bazar Bangladesh tidak dapat menjamin keamanan bagi warga Rohingya. Di sana mereka mengalami penculikan, pemerasan, pembunuhan, dan serangan lainnya.

Human Rights Watch 2023 melaporkan adanya aktifitas geng kriminal dan afiliasi kelompok bersenjata di sana yang kerap menyerang kamp pengungsi pada malam hari.

Bahkan berdasarkan catatan kepolisian Bangladesh sedikitnya 60 warga Rohingya terbunuh di camp Cox's Bazar sepanjang tahun 2023.

2. Kurangnya Sumber Makanan

Pendiri aktivis Free Rohingya Coalition menyebut program pangan dunia atau WFP telah memotong jatah makanan para pengungsi Rohingya pada awal tahun 2023.

Ini menyebabkan pengungsi Rohingya hanya mendapatkan jatah sebesar 8 dolar atau sekitar Rp124.000,- untuk satu orang selama satu bulan.

3. Sulit Mengakses Pekerjaan dan Pendidikan

Pengungsi Rohingya di Bangladesh mendapatkan batasan dalam mengakses pekerjaan dan pendidikan.

Mereka tidak diizinkan untuk bekerja atau bersekolah karena pemerintah setempat tidak ingin mereka berbaur dengan masyarakat di sana. Bahkan warga Rohingya dilarang untuk belajar bahasa Bengali, bahasa asli penduduk Bangladesh.

 

DT