Aktivis Minta APBA Tidak Dijadikan Alat Politik

TAKENGON – Menanggapi molornya pengesahan APBA, aktivis GeRAK Gayo Waladan Yoga, mengatakan hal itu tidak terlepas dari tarik ulur kepentingan elite politik di provinsi Aceh.

Menurutnya, sudah menjadi rahasia umum jika selama ini dalam pembahasan APBA selalu disusupi dengan kepentingan atas nama Aspirasi.

“Hampir setiap tahun pembahasan APBA terus molor dan selalu diulangi pada tahun pembahasan sama, tidak hanya pada APBA murni saja pembahasan terus molor, tetapi juga dalam pembahsan APBA perubahan saja pembahasannya terus molor,” kata Waladan Yoga.

“Pembahasan APBA hampir saja di Pergubkan oleh Plt. Gubernur SOEDARMO, namun diujung waktu yang ditentukan akhirnya pihak eksekutif melunak dan berjanji akan selesai membahas pada 17 Januari 2017,” tuturnya lagi.

Lanjutnya, bahwa lewat tanggal 17 Januari 2017 pembahasan APBA dipastikan kembali molor.

“Kabarnya banyak dana siluman yang dimasukkan ditengah pembahasan KUA/PPAS, nilainya juga cukup fantastis sebesar Rp. 1 triliun lebih. Dari beberapa media massa disebutkan bahwa dana siluman itu sebagiannya merupakan titipan dari ketua DPRA dan Muzakir Manaf,” ujarnya.

“Belum lagi kabar dana Rp 650 Miliar yang diajukan sebagai isyarat untuk memperlancar pembahasan APBA 2017, sudah tentu dana sebesar itu diajukan sebagai kepentingan elite eksekutif dan legislatif,” kata Waladan.

Menurutnya, jika membaca arah dan komitmen pembahasan APBA 2017, seharusnya sejak dari awal Plt Gubernur sudah mempergubkan pembahasan APBA 2017.

“Sebagian publik Aceh juga sangat setuju jika APBA dipergubkan oleh Plt Gubernur. Terbukti sejak disepakati ulang pembahasan APBA 2017, Legeslatif ingkar janji dan tidak dapat menepati waktu yang sudah disepakati antar eksekutif dan Legeslatif,” tuturnya. (rel)