Aceh Tengah Di Bawah Kepemimpinan Nasaruddin

Ir Nasaruddin MM

Laporan : Kurnia Muhadi

LINGE POST - Ir H Nasaruddin MM memimpin Kabupaten Aceh Tengah selama hampir 12 tahun. Nasaruddin awalnya dipercaya menjabat Pj Bupati Aceh Tengah pada Agustus 2004 oleh Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, Abdullah Puteh, yang disetujui oleh Menteri Dalam Negeri, Hari Sabarno, melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 131.21-596 Tahun 2004.

Saat itu, masa jabatan Kepala Daerah yang dijabat oleh, Musafa M Tamy, berakhir bersamaan dengan jabatan Kepala Daerah kabupaten/kota lainnya di Aceh.

Nasaruddin mendapat penugasan pertama sebagai Pj Bupati Aceh Tengah selama 6 bulan. Lalu pada Februari 2005, tugas Nasaruddin sebagai Pj Bupati diperpanjang lagi untuk waktu 1 tahun.

Total, Nasaruddin, menjabat Pj Bupati Aceh Tengah selama kurang lebih 1,5 tahun.

Ia kemudian memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan karirnya di jalur birokrasi dan memantapkan tekad maju dalam Pilkada Aceh Tengah tahun 2006.

Nasaruddin mengambil keputusan yang tepat. Ia bersama pasangannya, Jauhar Ali, kemudian terpilih sebagai pemenang Pilkada dan dilantik sebagai pasangan Bupati-Wakil Bupati Aceh Tengah, periode 2007-2012.

Mantan Penyuluh Pertanian ini juga kembali memenangkan hati rakyat pada Pilkada tahun 2012. Ia bersama pasangan Wakil Bupati Khairul Asamara dilantik sebagai pasangan Kepala Daerah Kabupaten Aceh Tengah, untuk periode 2012-2017.

Banyak sudah kontribusi dari seorang Nasaruddin untuk pembangunan Aceh Tengah. Selama kepemimpinannya, kabupaten penghasil kopi arabica gayo ini terus berbenah dan berkembang lebih baik.

Ia pun mencatatkan sejarah dalam tinta emas perjalanan kepemimpinannya, ketika sukses membawa Aceh Tengah menjadi kabupaten pertama dan satu-satunya di tanah air yang berhasil meraih predikat WTP dari Pemerintah Pusat, sebagai penghargaan tertinggi di bidang keuangan, pada  tahun 2007.

Dengan itu, Aceh Tengah boleh dibilang menjadi pelopor transparansi informasi keuangan daerah di Indonesia.

Karena saat itu, BPK RI untuk pertama kalinya memberikan predikat WTP hanya kepada 1 kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kota Tangerang, dan Kota Banjar, sebagai kabupaten/kota dengan LKPD paling berkualitas dan akuntabel dari seluruh kabupaten/kota se-Indonesia.

Kala itu, kabupaten/kota lainnya di Indonesia hanya mendapatkan predikat Wajar Dengan Pengecualian (WDP), bahkan diantaranya dinyatakan Disclaimer.

Yang lebih spektakuler lagi adalah keberhasilan Aceh Tengah meraih penghargaan tersebut hingga sebanyak 7 kali. Lima diantaranya bahkan diperoleh secara berturut-turut setiap tahunnya.

Pencapaian itu tak terlepas dari pola kepemimpinan Nasaruddin di Aceh Tengah. Selaku nahkoda yang memimpin jalannya roda pemerintahan di daerah, Nasaruddin, sukses menerapkan satu sistem pemerintahan yang berjalan teratur, disiplin, dan penuh dedikasi.

WTP menjadi ponten emas untuk Aceh Tengah. Itu adalah penghargaan tertinggi yang diberikan pemerintah pusat atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) paling berkualitas dan akuntabel se-Indonesia.

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) hanya diberikan oleh Pemerintah Pusat melalui Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI kepada kabupaten/kota dengan laporan keuangan terbaik tanpa bermasalah secara analisa keuangan.

Selain itu, masih banyak lagi yang sudah diperbuat Nasaruddin selama dua periode memegang tampuk kepemimpinan di Aceh Tengah.

Diantaranya, memperjuangkan pelepasan jeruk keprok gayo sebagai buah unggul nasional melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 210/kpts/SR. 120/3/2006 tanggal 06 Maret 2006 dan pelepasan alpukat gayo sebagai buah unggul nasional melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 78/kpts/SR. 120/1/2008 tanggal 21 Januari 2008.

Jeruk Keprok Gayo kemudian juga menerima Sertifikat Indikasi Geografis dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : ID G 000000040 tanggal pendaftaran 22 Maret 2016.

Masih di bidang pertanian, Nasaruddin, juga berhasil memperjuangkan diterbitkannya Sertifikat Indikasi Geografis Kopi Arabica Gayo dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : ID G 000000005 tanggal pendaftaran 28 April 2010.

Kemudian pelepasan Kopi Arabica Gayo sebagai Varietas Unggul dengan nama Gayo 1 dan Gayo 2 yang masing-masing ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor : 3998/kpts/SR. 120/12/2010 tanggal 29 Desember 2010 tentang Pelepasan Kopi Arabica Gayo sebagai Varietas Unggul dengan nama Gayo 1 dan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor : 3999/kpts/SR. 120/12/2010 tentang Pelepasan Kopi Arabica Gayo sebagai Varietas Unggul dengan nama Gayo 2.

Memimpin Aceh Tengah selama dua periode, Nasaruddin, juga banyak berkontribusi di bidang pendidikan. Diantaranya adalah pendirian Universitas Gajah Putih Takengon melalui Keputusan Menteri Pendidikan RI Nomor : 144/D/O/2008 tanggal 18 Juli 2008 tentang pemberian izin penyelenggaraan program-program studi dan penggabungan STIE dan STP Gajah Putih Takengon yang diselenggarakan oleh Yayasan Gajah Putih Takengon, Aceh Tengah.

Lalu pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Gajah Putih Takengon melalui Peraturan Presiden RI Nomor : 50 Tahun 2012 tanggal 25 April 2012.

Selama kepemimpinannya, Nasaruddin, juga intens melakukan pembenahan di bidang kesehatan. Diantaranya, peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Datu Beru Takengon dari kelas C menjadi kelas B melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 549/MENKES/SK/VII/2009 tanggal 15 Juli 2009.

Lalu menerbitkan Peraturan Bupati Aceh Tengah Nomor : 42 Tahun 2011 tanggal 31 Oktober 2011 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Rumah Sakit Umum Datu Beru Takengon.

Rumah Sakit Umum Dau Beru Takengon juga ditetapkan sebagai sebagai Rumah Sakit Rujukan regional wilayah tengah Aceh meliputi Kabupaten Bener Meriah, Gayo Lues, dan Kabupaten Aceh Tenggara.

Hal itu ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Aceh Nomor : 9 Tahun 2015 tanggal 17 April 2015 tentang Pedoman Penetapan  dan Pelaksanaan Rumah Sakit Rujukan Regional di Aceh.

Tak hanya itu, dibawah kepemimpinan Nasaruddin, Aceh Tengah juga menerima Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Tingkat Paripurna dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit Nomor : KARS-SERT/113/VI/2015 tanggal 19 Juni 2015.

Di bidang seni dan budaya, Nasaruddin, berhasil membawa Didong Gayo ditetapkan sebagai Warisan Tak Benda Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tanggal 17 Oktober 2014 Nomor Regestrasi : 153981 A/MPK. A/DO/2014.

Penetapan Tari Guel sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tanggal 27 Oktober 2016, Nomor : 63367/MPK.E/KB/2016.

Lalu Penetapan Kerawang Gayo sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tanggal 17 Oktober 2014, Nomor Registrasi : 153981 B/MPK. A/DO/2014.

Penetapan Pacu Kude sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tanggal 27 Oktober 2016 , Nomor : 63367/MPK.E/KB/2016.

Kemudian Penetapan Rumpun Kuda Gayo melalui Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor : 1054/kpts/SR.120/10/2014 tanggal 13 Oktober 2015.

Nasaruddin juga menetapkan nama Gelengan HM Hasan Gayo untuk Lapangan Pacuan Kuda Belang Bebangka melalui Peraturan Bupati Aceh Tengah Nomor : 461 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.

Itulah diantara sumbangsih hasil kerja, Nasaruddin, selama memimpin Aceh Tengah sebagai seorang kepala daerah. Pembenahan di berbagai sektor khususnya peningkatan pelayanan publik bahkan menjadi focus sejak awal kepemimpinannya.

Pria yang akrab disapa Pak Nas ini, bahkan sudah menggratiskan biaya pelayanan kesehatan di tingkat Puskesmas untuk warganya, jauh sebelum adanya program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA).

Selain itu, peningkatan profesionalitas para tenaga medis juga terus menunjukkan perkembangan yang positif di awal kepemimpinannya dibandingkan ketika Aceh Tengah hanya memiliki 31 dokter yang bekerja melayani lebih dari 2 ribu penduduk di daerah itu, pada tahun 2007 lalu. Kondisi itu sama halnya dengan keberadaan tenaga medis lainnya seperti perawat dan bidan.

Nasaruddin sangat menyadari bahwa tenaga medis yang ada pada awal pemerintahannya masih relatif sedikit. Sehingga, upaya penambahan tenaga medis menjadi salah satu fokus utama di awal-awal kepemimpinannya.

Dalam hal ini, pemerintah daerah memberikan peluang besar kepada para dokter untuk meningkatkan kompetensi mereka dengan melanjutkan pendidikan spesialisasi kedokteran.

Begitu juga upaya penambahan dengan cara rekrutmen tenaga medis baru. Sehingga saat ini, masyarakat telah mendapatkan pelayanan kesehatan dari 60 orang dokter dan 23 diantaranya adalah dokter spesialis.

Di bidang lainnya, pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan juga semakin pesat dilakukan. Begitu juga dengan pembangunan saluran irigasi yang bertujuan menunjang sektor pertanian warga.

Pembangunan jalan dan jembatan begitu  signifikan di 5 tahun terakhir, hingga menorehkan penambahan jalan baru mencapai panjang 400,77 kilometer. Pembangunan ini hampir menyamai keseluruhan panjang jalan yang sudah ada di tahun 2007, yaitu sepanjang 648,16 kilometer.

Kondisi keseluruhan jalan yang ada di 5 tahun sebelum kepemimpinan Nasaruddin, sangat berbeda sejak Nasaruddin memimpin Aceh Tengah. Bahkan di awal kepemimpinannya sudah ada jalan sepanjang 342,42 kilometer dengan permukaan aspal. Sedangkan sebelumnya, jalan aspal dengan kondisi baik hanya ada sepanjang 188,08 kilometer.

Begitu juga dengan pembangunan saluran irigasi yang mengalami peningkatan hingga 110 persen dalam kurun waktu 5 tahun. Saat ini, sudah ada saluran irigasi sepanjang 266,1 kilometer yang tersebar di seluruh kawasan kabupaten. Dibanding pada tahun 2007 lalu yang masih sepanjang 126,58 kilometer.

Seluruh infrastruktur itu ditujukan untuk mengairi areal persawahan warga seluas 8 ribu hektar lebih. Ditambah lagi adanya percetakan sawah baru yang mencapai luas 1.395 hektar.

Pertumbuhan pembangunan Aceh Tengah sebagai kabupaten yang mengusung visi menghadirkan kemakmuran semakin menjadi realita. Perubahan demi perubahan ke arah yang lebih baik mulai dapat dirasakan masyarakatnya.

Di sekrot perbankan, lima tahun lalu hanya ada 2 lembaga perbankan yang melayani masyarakat di daerah ini. Dua bank tersebut adalah BRI dan BPD Aceh. Keberadaan keduanya dinilai masih jauh dari memadai dalam mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat di sektor wirausaha.

Disisi lain, antrian panjang masyarakat yang setiap harinya melakukan transaksi perbankan di 2 bank tersebut, kerab terjadi. Bahkan tidak jarang masyarakat harus antri sejak pukul 06.00 WIB, hanya untuk melakukan penarikan uang tunai.

Hal itu kini tidak terjadi lagi dengan kehadiran pusat-pusat pelayanan perbankkan yang merata dan penambahan perbankan seperti kehadiran Bank BPRS Gayo, Bank Mandiri, dan BNI.

Di bidang pendidikan. Adanya peningkatan status sekolah reguler yang mendapat pengakuan formal dari pemerintah pusat, sebagai upaya meminimalisasi ketertinggalan daerah ini dalam dunia pendidikan. Selain itu, perbandingan jumlah guru pendidik di daerah ini juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Di awal kepemimpinannya, Nasaruddin, sudah melakukan peningkatan bagi 5 Sekolah Dasar (SD) yang mengalami peningkatan status dari sekolah reguler menjadi Sekolah Standar Nasional dengan kategori sekolah unggul.

Selanjutnya terdapat 4 Sekolah Menegah Pertama (SMP) dengan predikat sekolah unggul, serta 3 Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mengalami peningkatan kualitas didik dengan berstatus sekolah binaan, sekolah unggul, hingga pernah menyandang status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

Perkembangan dan kemajuan bidang pendidikan, kesehatan serta pertumbuhan ekonomi daerah dalam 5 tahun terakhir di awal kepemimpinan Nasaruddin sebagai kepala daerah dinilai sangat berpengaruh pada peningakatan kualitas hidup masyarakat. Hal ini terlihat dari data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Aceh Tengah yang menunjukkan peningkatan signifikan.

Pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) menerbitkan data IPM Kabupaten Aceh Tengah di angka 73.22 persen. Angka itu lebih tinggi dari data tahun 2006 yang hanya berkisar di angka 71,16 persen.

Angka tersebut juga masih lebih baik dari IPM rata-rata Provinsi Aceh yang berada di angka 71,31 persen dan bahkan dari IPM rata-rata nasional yang hanya berada pada level 71,76 persen.

Pencapaian itu menempatkan Aceh Tengah di posisi ke-4 indek pembangunan manusia tertinggi di Provinsi Aceh, setelah Banda Aceh, Lhokseumawe dan Sabang.

Peningkatan IPM di Aceh Tengah juga berbanding lurus dengan meningkatnya partisipasi angkatan kerja di daerah ini. Juga selaras dengan penurunan tingkat kemiskinan dan angka pengangguran masyarakatnya.

Terbukti dari data indeks kemiskinan Kabupaten Aceh Tengah yang berada di angka 38,19 persen pada tahun 2006, turun drastis hingga mencapai angka 19,93 persen pada tahun 2010. Dengan kata lain, tingkat kemiskinan di daerah ini turun 50 persen dalam kurun waktu 4 tahun.

Berdasarkan Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang diterbitkan BPS pada Agustus 2010, menunjukkan adanya tingkat partisipasi angkatan kerja Aceh Tengah hingga menduduki yang tertinggi di Provinsi Aceh, dengan capaian angka 76,06 persen. Sedangkan tingkat pengangguran yang terbuka hanya 2,55 persen.

Angka itu menjadi yang terendah ke-2 di Provinsi Aceh dengan jumlah pengangguran di atas usia 15 tahun sebanyak 2.374 orang dari seluruh jumlah penduduk Aceh Tengah.

Kabupaten ini semakin mengemuka dalam 2 tahun terakhir, sebagai daerah yang dinilai mampu memenuhi standar-standar yang dipersyaratkan dalam pengelolaan keuangan daerah.

Karena itu, pemerintah pusat bersedia mengucurkan Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp 24,7 milyar pada tahun 2011 dan sebesar Rp 28,9 milyar di tahun 2012, demi mendukung kabupaten ini dalam menjalankan strategi peningkatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakatnya.

Menilik berbagai perkembangan dan kemajuan yang diraih Aceh Tengah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, Bupati Nasaruddin, menyebut hal itu tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama semua pihak yang selama ini terjalin baik dan harmonis.

Sebagai seorang pemimpin, Nasaruddin menyadari betul pentingnya sebuah kemampuan untuk bisa menempatkan diri dalam menghadapi berbagai situasi, permasalahan, dan kendala yang dihadapi. Dari kesadaran itu pula, dia mampu menjadi sosok pemimpin yang relatif bisa menenangkan semua pihak. Baginya hubungan silaturrahmi dengan semua orang adalah satu hal yang harus dijunjung tinggi.

Sosok Nasaruddin juga kerab turun langsung dalam menyalurkan berbagai bantuan pemerintah daerah di bidang sosial kemasyarakatan. Seperti bantuan untuk pembangunan mesjid. Dia juga memiliki jadwal rutin untuk melakukan pembinaan pengajian di desa-desa. Berbaur bersama warga dan ikut mengaji bersama, adalah satu hal tersendiri yang sangat jarang dilewatkannya.

Dalam menjalankan setiap program pembangunan di daerah, Nasaruddin, selalu berusaha memaklumi adanya pro dan kontra yang muncul di lapangan. Dia melihat hal itu adalah bagian dari proses demokrasi yang harus berjalan baik di daerah tersebut.

"Masih banyak program pembangunan yang tidak dapat diselesaikan dalam kurun waktu lima tahun. Inilah yang menjadi landasan kesadaran kami bahwa tugas pelayanan belum selesai, sehingga perlu dilanjutkan", kata Nasaruddin.

Berbagai program pembangunan yang masih memerlukan waktu dan proses seperti dimaksudkan Nasaruddin, diantaranya bisa dilihat pada upaya dan perjuangan penegerian Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Gajah Putih Takengon, yang saat ini draft Perpresnya sedang digodok oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan dan RB) bersama dengan Kementerian Sekretaris Negara.

Proses itu serupa dengan tahapan birokrasi pembentukkan Kantor Imigrasi Takengon yang masih menunggu rekomendasi dari Kemenpan dan RB.

Belum lagi sejumlah tahapan terhadap pembangunan Rumah Sakit Umum Datu Beru yang lebih refresentatif di kawasan Blang Bebangka, Kecamatan Pegasing.

Seluruh program pembangunan tersebut diharapkan mampu menjadi lokomotif bagi upaya pemerintah daerah di wilayah tengah Bumi Serambi Mekah ini, untuk terus meningkatkan taraf hidup masyarakatnya ke arah yang lebih baik.

Pemimpin Berbasis Spiritual

Nasaruddin merupakan sosok pemimpin yang memiliki talenta multidimensional. Sebagai kepala daerah (Bupati), pria yang akrab disapa Pak Nas ini punya kharisma dan wibawa tersendiri dari caranya memimpin. Ia dikenal sebagai pribadi yang tegas namun tetap santun dan harmonis.

Nasaruddin adalah orang yang menyadari betul pentingnya sebuah kemampuan untuk bisa menempatkan diri dalam berbagai situasi, permasalahan, dan kendala yang dihadapi.

Dari kesadaran itu pula, dia mampu menjadi sosok pemimpin yang relatif bisa menenangkan semua pihak. Baginya hubungan silaturrahmi dengan semua orang adalah satu hal yang harus dijunjung tinggi.

Sosok Nasaruddin juga dikenal sebagai pribadi yang taat beribadah. Ia menguasai ilmu agama dengan baik sebagai seorang muslim sejati.

Ada ungkapan yang menarik dari pria ini, bahwa kepemimpinan haruslah berbasis spiritual dan bervisi kerakyatan.

Itulah yang ada dalam dirinya. Nasaruddin selalu berusaha tampil sebagai seorang pemimpin yang dinamis dan humanis. Selalu berusaha merakyat dan menjadi pemimpin yang dimiliki oleh rakyatnya.

Kedalaman ilmu agama yang dimiliki telah menjadikannya pribadi yang unggul. Ia pun mampu menjadi sosok pemimpin yang sejalan memainkan peran ulama.

Tak jarang, Nasaruddin, didaulat untuk menyampaikan dakwah Islamiyah-nya di berbagai kesempatan, seperti menjadi khatib pada khutbah Jum’at dan sebagai penceramah di acara-acara keagamaan seperti Maulid Nabi, Israq Miqraj, Safari Ramadhan, dan berbagai kesempatan lainnya.

Dia juga memiliki jadwal rutin untuk melakukan pembinaan pengajian di desa-desa. Berbaur dan ikut mengaji bersama warga adalah satu hal tersendiri yang jarang dilewatkannya.

Dibalik pengaruh dan jabatannya, ia adalah sosok yang bersahaja. Nasaruddin selalu berusaha tampil sederhana dan apa adanya, dimana saja berada.

No body is perfect (Tidak ada manusia yang sempurna). Itulah yang juga dipahami oleh seorang Nasaruddin. Bahwa siapapun di dunia ini pastilah memiliki kekurangan dan kealfaan.

Karenanya, selama dua periode memimpin pembangunan di Kabupaten Aceh Tengah dengan berbagai program dan kebijakan yang diambilnya, Nasaruddin, selalu berusaha memaklumi adanya pro dan kontra yang muncul di lapangan.

Dia melihat hal itu adalah bagian dari proses demokrasi yang harus berjalan baik di daerahnya. Dalam hal ini, Nasaruddin, mampu mengekspresikan kecerdasan emosional yang ada dalam dirinya.

Ia adalah orang yang sangat menyadari bahwa tingkat Emotional Quetion (EQ) seseorang menjadi faktor utama yang lebih berpengaruh dibandingkan Intelectual Quetion (IQ) dalam menentukan keberhasilan.

Karena itu, Nasaruddin, menjadi sosok pemimpin yang matang secara emosional. Menurutnya, dalam kontek kepemimpinan sejati, seseorang harus belajar dari filosofi air.

“Saat air mengalir dalam kondisi normal, dia tidak pernah memaksa batu, kayu, dan sebagainya yang menghambatnya untuk minggir. Air justru dengan lentur bisa melewatinya tanpa mengorbankan tujuan,” kata Nasaruddin.

Pandangannya itu adalah tentang sisi kelenturan. Dia menggambarkan bahwa sisi kelenturan adalah ciri utama tingkat tertinggi setiap pendekar.

“Sekilas kondisi ini tampak lunak, tetapi justru itulah sumber kekuatannya.”

“Air cenderung mengalir ke tempat yang rendah. Dalam konteks ini kita bisa mengambil suri teladan dari air, bahwa kita harus rendah hati,”.

“Lalu, disaat air tenang, ia bisa menjadi cermin bagi kehidupan. Artinya setiap pemimpin itu harus menjadi cermin,” tutur Nasaruddin menjabarkan pandangannya tentang kehidupan.