Relawan Donasi Peduli Gayo, Ikut Berjibaku Bantu Warga Terdampak Bencana di Aceh Tengah

Tim Relawan Donasi Peduli Gayo melakukan koordinasi di Bascamp 813 Jaya yang menjadi Posko Darurat Bencana. (Foto : Tim. Relawan).

Takengon (ANTARA) – Kepedulian terhadap masyarakat korban bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Aceh Tengah masih terus mengalir.

Salah satunya datang dari komunitas yang menamakan diri Relawan Donasi Peduli Gayo. Hingga saat ini total sebanyak 12 ton beras telah didistribusikan oleh relawan ini langsung kepada masyarakat yang terdampak bencana.

“Kita dari komunitas terus berupaya membantu memberikan yang terbaik. Semoga dapat bermanfaat bagi masyarakat kita yang sedang dalam musibah bencana ini,” kata salah seorang Koordinator Komunitas Donasi Peduli Gayo, Mugie, di Takengon, Selasa.

Komunitas peduli ini terbentuk atas inisiasi dari gabungan para pengusaha di Aceh Tengah yang dikoordinir langsung oleh tiga pengusaha lokal yakni Mugie, Andi, dan Sona.

Mereka ikut terpanggil membantu sesama atas dasar kemanusiaan. Di masa awal pasca bencana komunitas ini langsung bergerak mengumpulkan donasi termasuk dari rekan dan mitra pengusaha lain dari berbagai daerah.

Salah satu koordinator, Andi menuturkan banyak tantangan yang harus dihadapi dalam misi kemanusiaan ini bahkan sudah dirasakan sejak tahap awal pengambilan barang bantuan untuk bisa masuk ke Aceh Tengah.

Hal itu akibat wilayah Kabupaten Aceh Tengah tak lagi bisa diakses melalui jalur darat pasca bencana, sehingga menjadi kendala dalam pendistribusian barang bantuan masuk ke daerah ini.

Sedangkan untuk alternatif pengiriman barang menggunakan pesawat kargo kata dia pastilah tidak mungkin karena membutuhkan biaya operasional sangat tinggi.

“Pasca bencana Aceh Tengah terisolasi sampai sekarang. Semua akses jalan darat putus total. Jadi setiap ada barang masuk, kita harus kumpulkan orang untuk angkut dengan cara dipikul,” ujar Andi.

Dia menuturkan untuk membawa barang bantuan masuk ke Aceh Tengah sekarang bisa dilakukan lewat jalur KKA yaitu jalan darat yang menghubungkan Aceh Tengah ke Kota Lhokseumawe.

Tapi tantangannya kata dia ada sejumlah titik jalan putus dan tertimbun longsor yang membuat pengambilan barang harus dilakukan manual dengan cara dipikul dan berjalan kaki melewati medan jalan terjal ekstrem dan penuh tantangan.

“Anggota relawan kita harus jalan kaki sambil pikul barang. Memang banyak tantangan yang harus kita hadapi. Tapi ini sudah tugas kita sebagai relawan,” ucapnya.

Tim Relawan Donasi Peduli Gayo berjibaku memikul barang bantuan di medan jalan ekstrem untuk dibawa masuk ke Aceh Tengah, Senin (8/12/2025). Foto : ANTARA
Tim Relawan Donasi Peduli Gayo berjibaku memikul barang bantuan di medan jalan ekstrem untuk dibawa masuk ke Aceh Tengah, Senin (8/12/2025). Foto : ANTARA

Andi menjelaskan jalur terberat dalam pengambilan barang adalah dari titik lokasi Kampung Kem di Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah.

Dari lokasi tersebut kata dia tim relawan harus berjalan kaki selama 5 jam sambil pikul barang melewati jalan terjal dan penuh tantangan. Kadang tim harus mendaki dan menuruni tebing curam, juga berjibaku melewati tumpukan material longsor yang banyak menutupi badan jalan.

Setiap pengambilan barang, tim ini harus mengerahkan 100 sampai 200 orang relawan untuk dapat mengangkut seluruh barang bantuan yang jumlahnya bisa mencapai dua ton.

“Untuk tim relawan kita mengajak rekan-rekan dari berbagai kalangan. Mulai dari mahasiswa, LSM, dan anggota Polri,” kata Andi.

Sampai saat ini banyak sudah donasi yang dikumpulkan dan didistribusikan langsung kepada masyarakat korban bencana. Rinciannya mencakup bantuan beras, sarden, softek, pampers, selimut, dan obat-obatan.

Andi mewakili Relawan Donasi Peduli Gayo juga menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang telah peduli dan ikut berdonasi demi membantu sesama.

“Kami menyampaikan terimakasih kepada sahabat-sahabat yang telah ikut membantu dan berdonasi diantaranya ada sahabat kami Abi Depi Meulaboh, Farit Haji Subar, Haji Yudi, Dunia Barusa, Toha, Farina, Sarina, komunitas Tionghoa Aceh-Medan, Forum Pedagang Aceh-Medan, Vivi Haji Subar, dan sahabat-sahabat lainnya,” ucap Andi.

Selain bekerja mengumpulkan donasi dan mendistribusikan bantuan, komunitas peduli ini juga membuka posko darurat bencana di Takengon, yakni di Bascamp 813 Jaya milik Mugie.

Posko tersebut ikut membantu masyarakat menyediakan akses internet gratis. Fasilitas ini dapat dimanfaatkan oleh warga untuk menelpon dan menanyakan kabar keluarga mereka pasca bencana.

“Kita sediakan starlink untuk internet gratis, ada juga yang datang untuk cas HP, mandi, dan kita juga sediakan dapur umum, siapa saja boleh datang,” ujar Mugie.

 

Ant

 

 

 

Comments: 0

Your email address will not be published. Required fields are marked with *