Memaknai Kebaikan, Tidak Ada Ruginya Berlaku Baik

Oleh : Dr Joni MN MPd BI
A. PENDAHULUAN
Nasihat lama “Perlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan.” Nasihat ini selalu mengingatkan seseorang untuk selalu berbuat baik kepada diri sendiri dan orang lain.
Ilmu pengetahuan membuktikan, manusia secara biologis diatur untuk menjadi baik. Potensi untuk berbuat baik terus berkembang jika dilatih dan selalu dibiasakan. Tetapi, hilangnya niat baik sering kali karena adanya pengaruh eksternal seperti tekanan hidup sehari-hari, hal ini yang mengurangi potensi seseorang untuk berbuat baik.
B. RAGAM PERILAKU KEBAIKAN
Untuk menjadikan potensi lebih baik dapat ditinjau dari beberapa perilaku dan tindakan, hal ini seperti pendapat beberapa pakar Psikolog, salah satunya adalah Piero Ferrucci (dalam, Pixabay. Com, Yurika Elisabeth Susanti, 24 Juli 2019) beliau menjelaskan dalam artikel yang berjudul “Manfaat Berbuat Baik” Dalam artikel tersebut, dalamkonteks ini Ferrucci membahas tentang bentuk-bentuk kebaikan yang berdasarkan komponennya, sebagai berikut:
(1) Berempati. Ikut terlibat dalam memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan teman yang sedang kesusahan, sedih, marah dan lainnya. Hal yang demikian ini akan membuat kita tidak serta merta kita memberi lebel kepada orang tersebut dan jika berempati atau memiliki nilai empati di dalam diri, maka sipat kita lebih memaklumi kondisi orang tidal terus menuduh orang begini dan begitu, lebih mudah memaafkan dan seterusnya.
(2) Sopan. Perilaku yang sopan lebih merujuk kepada tindakan seseorang terhadap diri sendiri dan orang lain di sekitar. Ketika hendak meraih segala pencapaian atau kebahagiaan kita yang diinginkan, maka mulailah lebih sering bertindak dan berperilaku sopan, seperti saat lewat di depan orang ( orang tua atau teman dan lainnya) harus dengan beretika dan beradab, ketika mendengarkan cerita dan juga nasihat dari orang tua dan cerita teman-teman, tidak memutuskan cerita atau masih yang sedang diberikan atau yang sedang diceritakan, dengar dan ikut bahagia dengan pencapaian mereka.
(3) Sabar. Saat berhenti di lampu merah banyak perilaku-perilaku yang terkadang membuat kita kesal: mendahului dan langsung menyelip di depan kita dengan tidak ada lampu sense dan tanda apapun secara tiba-tiba, ada yang suka menyela pembucaraan seseorang ketika dalam kondisi rapat formal, dan perilaku dan tindakan yang mengganggu dan bersipat merusak lainnya.
(4) Dermawan. Melihat dan mengamati orang yang benar-benar butuh bantuan, butuh pendapat, atau mereka butuh waktu dan pikiranyang dibutuhkan oleh orang lain. Tindakan yang bernilai dermawan akan dapat memberi pesan pada diri si pelaku lebih bahagia karena bisa memberikan apa yang sedang diperlukan oleh orang yang sedang butuh, si pelak telah membuat orang lain bahagia.
(5) Menghargai. Memberi respon atau menanggapi dan mendengarkan penjelasan atau hasil pukiran seseorang yang dipaparkannya dengan beragam teknik pendekatan dengan tidak melecehkan dan meremehkan, tidak mencela dan berkomentar tanpa menghakimi. Sipat dihargai dan menghargai adalah dibutuhkan oleh semua indevidu, tidak satupun manusia yang menginginkan untuk tidak dihargai. Hargai cara pandang orang lain, selayaknya mereka menghargai cara pandang kita.
(6) Bersyukur. Dalam konteks ini bersyukur juga sama kita pandai nertera kasih. Artinya kita tidak lupa untuk bersyukur kepada Allah yang telah memberi nikmat yang berlimpah dan lainnya, selanjutnya bersyukur bahwa kita masih diberi kesehatan dan bisa mendapatkan dan nikmati apa yang kita miliki saat ini. Berterimakasih kepada orang-orang yang telah peduli kepada kita, yang membantu baik dalam bentuk materi dan / atau bentuk jasa berterimakasihlah kepada mereka melalui berbuat baik, peduli, dan bertindak baik pada orang tersebut, karena orang itu pun memiliki perasaan, hati dan keinginan dihargai seperti diri kita peribadi.
Berbuat baik kepada diri sendiri akan dapat menjadi kebaikan yang terwujud kepada orang-orang di sekitar kita. Dengan demikian, kita dan dengan orang yang belum.paham tentang apa sebenarnya kebaikan akan sadar bahwa sebenarnya hidup ini sudah diberkahi banyak hal dan inilah buah dari lebaikan itu sendiri, ketika keberkahan tersebut ternikmati.
C. MANFAAT BERBUAT BAIK
Pendapat para pakar, yakni Michael Tomasello dari Max Planck (2009) menyebutkan beverapa dampak positip terhadap orang yang senang berbuat baik, yakni sebagai berikut:
1. Dapat menghilangkan kecemasan
2. Berefek positif terhadap otak
3. Panjang Umur
4. Baik bagi jantung
5. Mengurangi stres
6. Mampu menularkan kebaikan kepada orang
lain ( sebagau tauladan)
7. Menjadi lebih bahagia
8. Mempererat hubungan dengan orang di
sekitar.
Manfaat Berbuat Baik pada Situs Quiet Rev,
Berikut penambahan bentuk manfaat yang dirumuskan Tomasello dan Planch (2009) di atas, berbuat baik dikaji untuk kesehatan yang dari berbeda pakar pengkaji dan informasi ini mengutip dari artikel pada situs Quiet Rev, yang menerangkan sebagai berikut:
1. Melepaskan hormon serotonin, yakni
melakukan hal-hal baik untuk orang lain
dapat meningkatkan kadar serotonin sebagai
hormon yang bertanggung jawab atas
perasaan puas dan senang.
2. Meredakan kecemasan, Sebuah studi yang
dilakukan oleh University of British Columbia
menemukan, tindakan baik dapat
meningkatkan suasana hati yang bertahan
selama empat pekan penelitian.
3. Mencegah penyakit, yakni Sebuah penelitian
di jepang yang menggunakan pada
partisipan berusia 57-85 tahun menemukan,
kegiatan sukarela membuat tingkat
peradangan lebih rendah lewat pelepasan
oksitosin saat berbuat baik.
D. SIMPULAN
Seperti sudah menjadi rumus dalam kehidupan yang sering diutarakan oleh nenek-nenek kuta jaman dulu, mereka berkata “kita akan memanen apa yang kuta tanam”. Melakukan perbuatan baik dalam hal apapun tentu saja akan mendatangkan kebaikan jyga yang melahirkan kebahagiaan yang sebenarnya bagi pelakunya. Ketika orang lain merasa senang dengan kebaikan kita, maka kebahagiaan tersebut akan kembali kepada kita besar kemungkinan kembali dengan kadar yang lebih besar lagi.